“Berteguh hatilah kamu
dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung.” (QS. Al
Anfal : 45)
Saudaraku, masalah
terbesar yang kita hadapi adalah jauh dari Allah, jarang mengingat Allah, dan
"dikuasainya" hati kita oleh sesuatu selain Allah. Inilah masalah
yang akan mendatangkan banyak masalah lainnya. Saat jauh dari Allah, maka kita
akan leluasa berbuat maksiat. Tidak ada lagi rasa malu. Tidak ada lagi rasa
diawasi oleh Allah, sehingga tidak ada lagi yang mengendalikan perilaku kita.
Maksiat inilah yang kemudian melahirkan ketidaktenangan, kehinaan, dan
kesengsaraan hidup.
Karena itu, hal penting
yang harus kita lakukan adalah mengukur intensitas ingat kita kepada Allah.
Dalam 24 jam, berapa jam kita ingat kepada Allah. Ketika sholat apakah kita
ingat Allah. Ketika makan apakah kita ingat Allah. Atau ketika hendak tidur
apakah kita ingat Allah. Ketika nama Allah mendominasi hidup kita, maka hidup
kita akan tenang, terpelihara dari maksiat, mulia, dan berkedudukan tinggi.
Semakin kita ingat kepada Allah, maka semakin sering pula Allah mengingat kita.
Dan, orang yang paling
banyak mengingat Allah, maka ia akan menjadi orang yang paling
"diingat" Allah. Rasulullah saw bersabda, "Siapa yang ingin
mengetahui kedudukannya di sisi Allah, maka hendaknya memperhatikan bagaimana
kedudukan Allah dalam hatinya. Maka sesungguhnya Allah menempatkan hamba-Nya,
sebagaimana hamba itu menempatkan Allah dalam jiwanya (hatinya)."
Selalu mengingat Allah
(dzikrullah) adalah senjata paling ampuh untuk mengekang hawa nafsu dan
menumpulkan tipu daya syetan. Apa pun yang syetan lakukan, tidak akan mampu
menggelincirkan manusia yang hatinya selalu berdzikir kepada Allah. Para
malaikat akan menaunginya. Dan keberuntungan akan selalu menyertainya.
Difirmankan, ''Berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah
sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung.'' (QS Al Anfal : 45)
Ada sebuah kisah. Suatu
hari Rasulullah saw duduk bersama Abu Bakar Ash Shiddiq. Tak lama berselang
datanglah seorang lelaki yang menghina dan menjelek-jelekkan Abu Bakar.
Awalnya, Abu Bakar tidak menanggapi orang tersebut. Ia tetap tenang. Rasulullah
saw pun tidak beranjak dari tempatnya. Lama-kelamaan Abu Bakar kesal, ia mulai
membalas hinaan orang tersebut. Melihat hal ini, Rasulullah saw segera pergi
tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Abu Bakar merasa malu. Ia segera mengejar
Rasulullah saw. "Wahai Rasul, mengapa saat aku dijelek-jelekkan dan tak
membalas engkau diam; namun ketika aku membalasnya, engkau pergi?"
Rasulullah saw menjawab, "Ketahuilah, saat engkau diam, aku melihat para
malaikat mengelilingimu. Namun, saat engkau membalas, aku melihat para malaikat
pergi dan setan pun mengerubungimu.”
Saudaraku, dekat dengan
Allah adalah kunci kebahagiaan dalam hidup. Maka, sesibuk apa pun kita, nama
Allah harus selalu terpatri di hati kita. Sebelum kerja, luruskan niat kita
hanya untuk Allah, selama kerja ingatlah Allah, selesai kerja tawakallah kepada
Allah.
Bila hidup terasa hampa
dan sulit mendapatkan ketenangan, kita harus berusaha untuk lebih banyak
mendengar, membaca, dan berbicara tentang Allah. Usahakan rumah kita, tempat
kerja kita, atau pergaulan kita harus dapat mengingatkan kita pada Allah SWT.
Sebab: “(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram
dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati
menjadi tenteram.'' (QS Ar Ra'd : 28). Wallahu a'lam bish-shawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar