Rabu, 24 Juni 2015

Sistem Perbankan Elektronik

Perbankan Elekronik  (E-banking) adalah salah satu sektor yang terpengaruh oleh perkembangan teknologi informasi dan komunikasi adalah perbankan, penggunaan teknologi informasi dan komunikasi di sektor perbankan nasional relatif lebih maju dibandingkan sektor lainnya. Perbankan elektronik mencakup wilayah yang luas dari teknologi yang berkembang pesat akhir-akhir ini. Beberapa diantaranya terkait dengan layanan perbankan di “garis depan”, seperti ATM dan komputerisiasi (sistem) perbankan, dan beberapa kelompok lainnya bersifat "garis belakang", yaitu teknologi-teknologi yang digunakan oleh lembaga keuangan, 'merchant, atau penyedia jasa transaksi.

Perkembanggan teknologi perbankan elektronik
Peran teknologi dalam dunia perbankan sangatlah mutlak, dimana kemajuan suatu sistem perbankan sudah barang tentu ditopang oleh peran teknologi informasi. Semakin berkembang dan kompleksnya fasilitas yang diterapkan perbankan untuk memudahkan pelayanan, itu berarti semakin beragam dan kompleks adopsi teknologi yang dimiliki oleh suatu bank. Tidak dapat dipungkiri, dalam setiap bidang termasuk perbankan penerapan teknologi bertujuan selain untuk memudahkan operasional intern perusahaan, juga bertujuan untuk semakin memudahkan pelayanan terhadap customers. Apalagi untuk saat ini, khususnya dalam dunia perbankan hampir semua produk yang ditawarkan kepada customers serupa, sehingga persaingan yang terjadi dalam dunia perbankan adalah bagaimana memberikan produk yang serba mudah dan serba cepat. Salah satu bank yang paling mutakhir dengan teknologi hi-end nya adalah BCA, dimana dengan asset teknologi mutakhir yang dimilikinya BCA mampu menjadi leader dalam hal pelayanan e-banking. Dengan jumlah ATM terbesar yang dimilikinya, fasilitas internet banking,dll. Padahal ukuran kecanggihan sebuah teknologi perbankan tidak hanya dilihat dari coverage ATM-nya semata, tapi seharusnya dilihat pada data centernya, khususnya di aplikasi core bankingnya.
Memang kendala yang dihadapi oleh dunia perbankan adalah kompleks dan mahalnya teknologi informasi, karena sebagian besar teknologi ini masih disuplay oleh vendor-vendor luar negeri. Tetapi kita lihat sekarang, banyak vendor – vendor pribumi yang berani bersaing dalam teknologi informasi ini. Jadi kenapa kita tidak memakai vendor-vendor pribumi untuk menanamkan teknologi informasi tersebut dalam dunia perbankan. Hal ini manjadi tuntutan bagi perbankan karena mau tidak mau suatu korporasi yang mempunyai ruang lingkup kerja yang luas ditambah dengan operasional-operasional yang sangat banyak harus ditunjang dengan suatu teknologi untuk memudahkan, mengefisienkan dan mengefektifkan kinerja tersebut. Apalagi dalam dunia perbankan dibutuhkan suatu informasi yang up to date bagi pihak manajemen menengah ke atas untuk memprediksikan langkah bisnis yang akan diambil sehingga berbagai kendala yang mungkin muncul dapat teratasi. Sebagai contoh, dibangunnya suatu sistem informasi Biro Kredit Nasional oleh Bank Indonesia, hal itu dilakukan tidak lain adalah untuk mengantisipasi resiko kredit yang mungkin muncul apabila salah seorang debitur mengajukan pinjaman di salah satu bank padahal pinjaman di bank lain belum lunas. Hal ini dibutuhkan kesinergian dan up to date-nya informasi antar bank sehingga hal tersebut dapat terhindarkan.
Operasional yang real time antar bank juga telah menjadi tuntutan bagi dunia perbankan, karena hal ini menjadi salah satu materi bagi pelayanan yang berkompetisi dalam memasarkan produk perbankan. Pengiriman uang transfer antar bank, outlet-outlet otomasi (ATM), hal ini menjadi patokan penilaian bagi para nasabah umumnya dalam melakukan transaksi dalam segi pelayanan. Jadi memang mau tidak mau bisnis perbankan harus ditunjang keefisienan operasional jika ingin bersaing di dalam dunianya, dan hal ini harus ditunjang dengan suatu sistem yang terintegrasi yang termuat dalam suatu teknologi informasi. Penerapan suatu teknologi informasi menuntut diantaranya sumber daya manusia yang memadai. Jika sumber daya manusia yang ada tidak menguasai teknologi tersebut hal ini menjadi suatu pemborosan semata, karena mahalnya teknologi yang telah dibeli jika tidak terpakai merupakan suatu hal yang sia-sia. Oleh karena itu sebelum teknologi tersebut diterapkan, sudah seharusnyalah kita instropeksi terhadap kemampuan korporasi, apakah cocok teknologi tersebut diterapkan, apakah sumber daya manusianya memadai, dan apakah teknologi tersebut mempunyai features yang dapat digunakan dalam jangka waktu yang lama. Karena penerapan suatu sistem teknologi informasi merupakan salah satu aktivitas investasi jangka panjang bagi korporasi. Hal ini sudah sepatutnya menjadi hal yang diperhitungkan dalam dunia perbankan, sebagai lembaga intermediasi bagi masyarakat, sudah seharusnya perbankan menjadi “pelayan” yang setia dengan selalu merealisasikan bentuk-bentuk pelayanan dengan menggunakan teknologi informasi.
Namun masyarakat sering salah kaprah. Internet banking sering dikatakan canggih karena memungkinkan akses perbankan dari manapun. Padahal jika dilihat dari arsitektur sistem perbankannya, E-Banking hanyalah salah satu channel dari banyak channel untuk transaksi perbankan semisal EDC (electronic data capture) yang banyak terdapat di merchant belanja. Ataupun mesin ATM itu sendiri
Mudahnya sebuah sistem yang mengelola data hingga 140 juta customer base yang hanya digunakan untuk pencatatan saja semisal KPU-Pemilu, tentunya tidak lebih canggih dibandingkan BRI dengan 30 juta customer yang menggunakan aplikasinya untuk menghitung kelipatan bunga dan kredit. Dan tentunya tidak berarti BRI kalah canggih dengan aplikasi Bank Niaga yang mampu dengan akses banyak channel-nya bila pelanggannya hanya 10juta. Pengembangan lokasi layanan perbankan saat ini nyaris sudah tidak mungkin, penambahan produk baru juga tidak akan beranjak jauh dari inovasi sekitar mobile-banking dan ekstensifikasi layanan private banking, yang semula diarahkan ke nasabah-nasabah kelas kakap saja. Layanan financial planning yang semula sangat terbatas, kini semakin marak dan dimungkinkan dengan terbukanya peluang untuk memadukan produk-produk asuransi, pasar-modal dan dana-pensiun ke dalam layanan perbankan. Teknologi yang diperlukan sifatnya menjadi sangat individual dan tergantung pada profil dan kebutuhan masing-masing nasabah. Yang penting adalah bahwa perkembangan saat ini menunjukkan bahwa layanan jasa-keuangan sedang bergerak ke arah konvergensi di antara keempat jenis produk tersebut. Lalu, bagaimana penerapan teknologi informasi untuk kebutuhan seperti ini? Tidak mungkin melakukan integrasi dari semua sistem aplikasi yang terkait, karena masing-masing aplikasi hampir pasti dioperasikan oleh perusahaan-perusahaan yang berbeda. Beberapa bank tampak mengoperasikan service desk terpisah untuk masing-masing jenis layanan jasa keuangan. Insurance desk misalnya, ada di sudut khusus untuk jenis layanan itu. Capital market instruments relatip lebih mudah diintegrasikan ke dalam layanan jasa perbankan, itupun kalau konfigurasi produknya simpel-simpel saja. Pola ini primordial sifatnya dan sudah dilakukan lebih dari 10 tahun yang lalu. Tantangannya adalah dukungan teknologi perbankan di meja service representative yang dapat digunakan untuk memadukan semua layanan jasa perbankan ini dan meraciknya secara individual untuk para nasabah yang memerlukan.
Berbagai kasus di atas membantu menunjukkan bahwa teknologi yang diterapkan dengan baik memberikan competitive advantage kepada sebuah bank. Setiap bank mempunyai akses yang sama atas teknologi yang ada, namun yang mampu memanfaatkannya dengan benar adalah mereka yang berhasil meraciknya ke dalam sebuah konfigurasi yang fungsional dan efisien, yang diimplementasikan dengan seksama, yang mendukung produk dan layanan yang ciamik serta dioperasikan dengan tepat-guna. Membeli teknologi adalah kegiatan yang paling mudah dan tidak memerlukan keahlian tinggi. Namun, semuanya kembali memerlukan perancangan, penerapan teknologi yang baik, Good IT Governance, yang berdasarkan keseuaian target korporasi dari perbankan itu sendiri.

Jenis jenis e-banking
· ATM (bahasa Indonesia: Anjungan Tunai Mandiri atau dalam bahasa Inggris: Automated Teller Machine) adalah sebuah alat elektronik yang mengijinkan nasabah bank untuk mengambil uang dan mengecek rekening tabungan mereka tanpa perlu dilayani oleh seorang "teller" manusia. Banyak ATM juga mengijinkan penyimpanan uang atau cek, transfer uang atau bahkan membeli perangko. ATM sering ditempatkan di lokasi-lokasi strategis, seperti restoran, pusat perbelanjaan, bandar udara, pasar, dan kantor-kantor bank itu sendiri.
. Sistem Penyelesaian Bruto Waktu-Nyata (Real-Time Gross Settlement System)
RTGS (Real-Time Gross Settlement). Sistem RTGS adalah proses penyelesaian akhir transaksi (settlement) pembayaran yang dilakukan per transaksi (individually processed / gross settlement) dan bersifat Real-time (electronically processed), di mana rekening peserta dapat di-debit / di-kredit berkali-kali dalam sehari sesuai dengan perintah pembayaran dan penerimaan pembayaran.
Dengan sistem RTGS, peserta pengirim melalui terminal RTGS di tempatnya mentransmisikan transaksi pembayaran ke pusat pengolahan sistem RTGS (RTGS Central Computer /RCC) di Bank Sentral (dalam hal ini Bank Indonesia untuk proses settlement. Jika proses settlement berhasil, transaksi pembayaran akan diteruskan secara otomatis dan elektronis kepada peserta penerima. Keberhasilan proses settlement tergantung dari kecukupan saldo peserta pengirim karena dalam sistem BI-RTGS peserta hanya diperbolehkan untuk mengkredit peserta lain. Dengan kata lain, peserta RTGS harus meyakinkan bahwa saldo rekeningnya di Bank cukup sebelum peserta tersebut melaksanakan transfer ke perserta RTGS lainnya. Penerapan sistem RTGS di Indonesia telah dimulai sejak tanggal 17 November 2000 dengan nama Sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS).
· Sistem aplikasi perbankan yaitu aplikasi perbankan dianggap salah satu aplikasi yang paling kompleks dalam pengembangan perangkat lunak saat ini dan industri pengujian Apa yang membuat aplikasi Perbankan begitu rumit?. Pendekatan apa yang harus diikuti dalam rangka untuk menguji alur kerja yang kompleks yang terlibat? In this article we will be highlighting different stages and techniques involved in testing Banking applications. Pada artikel ini kita akan menyoroti berbagai tahap dan teknik yang terlibat dalam pengujian aplikasi Perbankan.
Karakteristik dari aplikasi Perbankan adalah sebagai berikut:
1.      Multi tier fungsionalitas untuk mendukung ribuan sesi pengguna bersamaan
2.      Integrasi skala besar, biasanya sebuah aplikasi perbankan terintegrasi dengan aplikasi lain seperti utilitas Bill Pay dan rekening Perdagangan
3.      Kompleks Bisnis workflow
4.      Real Time dan Batch processing
5.      Tinggi tingkat Transaksi per detik
6.      Transaksi Aman
7.      Pelaporan Kuat bagian untuk melacak hari ke hari transaksi
8.      Kuat Audit memecahkan masalah pelanggan
9.      Besar sistem penyimpanan
10.   Manajemen Bencana.
· Internet banking yaitu Online banking (atau internet banking atau e-banking) memungkinkan pelanggan dari sebuah lembaga keuangan untuk melakukan transaksi keuangan pada website yang aman dioperasikan oleh lembaga, yang dapat menjadi ritel atau maya perbankan , credit union atau bangunan masyarakat .
Untuk mengakses fasilitas online banking lembaga keuangan, seorang pelanggan memiliki akses internet pribadi harus mendaftarkan diri ke lembaga untuk layanan ini, dan menyiapkan beberapa password (di bawah berbagai nama) untuk verifikasi pelanggan. Password untuk online banking biasanya tidak sama seperti untuk telepon perbankan. Lembaga keuangan sekarang secara rutin mengalokasikan nomor pelanggan (juga di bawah berbagai nama), apakah atau tidak pelanggan berniat untuk mengakses fasilitas perbankan online mereka. Nomor pelanggan biasanya tidak sama dengan nomor rekening, karena jumlah rekening dapat dihubungkan dengan jumlah pelanggan satu. Pelanggan akan terhubung ke nomor pelanggan setiap akun tersebut yang kontrol pelanggan, yang mungkin cek, tabungan, pinjaman, kartu kredit dan account lainnya. Untuk mengakses perbankan online, pelanggan akan pergi ke situs web institusi keuangan, dan masukkan fasilitas perbankan online menggunakan nomor pelanggan dan password. Beberapa lembaga keuangan telah menyiapkan langkah-langkah keamanan tambahan untuk akses, tetapi tidak ada konsistensi dengan pendekatan diadopsi.

Sitem kliring elektronik
Sebuah kliring elektronik terminal (ECT) diinstal pada premis/bank cabang untuk menagkap dan mengirim informasi MICR cek ke ACH.Pada ACH, sebuah computer pusat akan menerima dam memproses informasi cek yang dikirimkan oleh bank/cabang. Berdasarkan informasi cek ditransmisikan, ACH dan dapat menghitung kliring bank dan posisi pemukiman. Pemeriksaan fisik akan disampaikan di lain waktu ke ACH.Setelah menerima cek fisik,  ACH akan menjalankan proses untuk membandingkan informasi MICR atas cek fisik terhadap informasi yang dikirimkan secara online oleh bankInformasi MICR atas cek fisik terhadap informasi yang ditransmisikan secara online oleh bank. System akan menghasilkan laporan pengecualian untuk menyorot setiap perbedaan bagi bank. Pemeriksaan selanjutnya akan disortir oleh pembaca kecepatan tinggi/penyotir untuk diambil oleh masing-masing bank.

Prinsip penerapan E-banking dan M-banking
  • Penerapan E-banking
Keamanan informasi keuangan pelanggan adalah sangat penting, tanpa yang online banking tidak bisa beroperasi. Lembaga keuangan telah menyiapkan berbagai proses keamanan untuk mengurangi risiko akses yang tidak sah secara online ke catatan pelanggan, tetapi tidak ada konsistensi untuk berbagai pendekatan yang diadopsi. Penggunaan situs Web aman telah menjadi hampir universal diadopsi. Meskipun tunggal sandi otentikasi masih digunakan, dengan sendirinya tidak dianggap cukup aman untuk online banking di beberapa negara. Pada dasarnya ada dua metode keamanan yang berbeda di gunakan untuk online banking.The PIN / TAN sistem dimana PIN mewakili password, yang digunakan untuk login dan Tans mewakili satu kali password untuk autentikasi transaksi. Tans dapat didistribusikan dengan cara yang berbeda, yang paling populer adalah dengan mengirim daftar Tans kepada pengguna online banking melalui surat pos. Cara yang paling aman menggunakan Tans adalah untuk menghasilkan mereka oleh kebutuhan menggunakan token keamanan . Ini Tans dihasilkan tanda tergantung pada waktu dan rahasia yang unik, yang disimpan dalam token keamanan ( otentikasi dua faktor atau 2FA). Biasanya perbankan online dengan PIN / TAN dilakukan melalui web browser menggunakan koneksi SSL aman, sehingga tidak ada enkripsi tambahan diperlukan. Cara lain untuk memberikan Tans ke pengguna online banking adalah mengirimkan TAN transaksi bank saat ini untuk (GSM) ponsel pengguna melalui SMS. Teks SMS biasanya mengutip jumlah transaksi dan rincian, TAN hanya berlaku untuk jangka waktu singkat. Terutama di Jerman, Austria dan Belanda, banyak bank telah mengadopsi "SMS TAN" layanan karena dianggap sangat aman. Tanda tangan didasarkan perbankan online di mana semua transaksi ditandatangani dan dienkripsi secara digital. Kunci untuk generasi tanda tangan dan enkripsi dapat disimpan pada smartcard atau media memori, tergantung pada pelaksanaan beton.
  • Serangan
Sebagian besar serangan terhadap perbankan online digunakan saat ini adalah berdasarkan menipu pengguna untuk mencuri data login dan Tans yang valid. Dua contoh terkenal bagi mereka serangan phishing dan pharming . Cross-site scripting dan keylogger / trojan horse juga dapat digunakan untuk mencuri informasi login. Sebuah metode untuk menyerang tanda tangan metode berbasis perbankan online adalah untuk memanipulasi perangkat lunak yang digunakan dengan cara, bahwa transaksi yang benar ditampilkan pada layar dan transaksi palsu ditandatangani di latar belakang. A 2008 US Federal Deposit Insurance Corporation Teknologi Insiden Report, yang disusun dari bank laporan kegiatan mencurigakan mengajukan triwulanan, daftar 536 kasus penyusupan komputer, dengan kerugian rata-rata per insiden sebesar $ 30.000. ang menambahkan sampai dengan kerugian hampir $ 16-juta pada kuartal kedua tahun 2007. Intrusi komputer meningkat 150 persen antara kuartal pertama tahun 2007 dan yang kedua. Dalam 80 persen dari kasus, sumber gangguan itu tidak diketahui tetapi itu terjadi selama online banking, kata laporan itu. Jenis terbaru dari serangan adalah apa yang disebut Manusia di Browser serangan, di mana sebuah Trojan horse memungkinkan penyerang remote untuk mengubah nomor tujuan rekening dan juga jumlahnya.
  • Penanggulangan
Ada beberapa tindakan pencegahan yang mencoba untuk menghindari serangan. Sertifikat digital digunakan terhadap phishing dan pharming, penggunaan kelas-3 pembaca kartu adalah ukuran untuk menghindari manipulasi transaksi oleh perangkat lunak di signature varian perbankan berbasis online. Untuk melindungi sistem mereka terhadap trojan horse, pengguna harus menggunakan scanner virus dan berhati-hati dengan software download atau lampiran e-mail. Pada tahun 2001 AS Lembaga Keuangan Federal Pemeriksaan Council menerbitkan panduan untuk otentikasi multifaktor (MFA) dan kemudian diminta untuk berada di tempat pada akhir 2006.
  • Penerapan M-banking
Ada sejumlah besar perangkat ponsel yang berbeda dan itu adalah tantangan besar bagi bank untuk menawarkan solusi mobile banking pada setiap jenis perangkat. Beberapa dari perangkat ini mendukung Java ME dan lain-lain dukungan SIM Application Toolkit , browser WAP, atau hanya SMS. Masalah interoperabilitas awal namun telah dilokalisasi, dengan negara-negara seperti India menggunakan portal seperti R-Dunia untuk memungkinkan keterbatasan ponsel low end berbasis java, sedangkan fokus pada bidang-bidang seperti Afrika Selatan telah gagal ke USSD sebagai dasar dari komunikasi dapat dicapai dengan telepon. Keinginan untuk interoperabilitas sebagian besar tergantung pada bank itu sendiri, di mana aplikasi diinstal (berbasis Java atau asli) memberikan keamanan yang lebih baik, lebih mudah digunakan dan memungkinkan pengembangan kemampuan yang lebih kompleks yang mirip dengan internet banking sedangkan SMS dapat memberikan dasar-dasar tetapi menjadi sulit untuk beroperasi dengan transaksi yang lebih kompleks.
Ada mitos bahwa ada tantangan interoperabilitas antara aplikasi mobile banking karena dirasakan kurangnya standar teknologi umum untuk mobile banking. Dalam prakteknya masih terlalu dini dalam siklus hidup layanan untuk interoperabilitas diselesaikan dalam sebuah negara individu, sangat sedikit negara memiliki lebih dari satu penyedia layanan perbankan mobile. Dalam prakteknya, interface perbankan didefinisikan dengan baik dan uang gerakan antara bank mengikuti standar IS0-8583. Sebagai mobile banking jatuh tempo, uang gerakan antara penyedia layanan secara alami akan mengadopsi standar yang sama seperti di dunia perbankan. Pada Januari 2009, Mobile Marketing Association (MMA) Perbankan Sub-Komite yang diketuai oleh CellTrust dan VeriSign Inc, menerbitkan Tinjauan Mobile Banking untuk lembaga keuangan di mana ia membahas keuntungan dan kerugian dari Platform Saluran Handphone seperti Layanan Pesan Singkat ( SMS ), Mobile Web, Aplikasi Client Mobile, SMS dengan Mobile Web dan SMS Secure.
  • Keamanan
Keamanan transaksi keuangan, dieksekusi dari beberapa lokasi terpencil dan transmisi informasi keuangan melalui udara, adalah tantangan yang paling rumit yang perlu ditangani bersama oleh pengembang aplikasi mobile, penyedia layanan jaringan nirkabel dan IT perbankan departemen. Aspek-aspek berikut perlu ditangani untuk menawarkan infrastruktur yang aman untuk transaksi keuangan melalui jaringan nirkabel: Jika bank menawarkan smart-card berbasis keamanan, keamanan fisik perangkat lebih penting. Dalam hal perangkat dicuri, hacker harus memerlukan setidaknya sebuah ID / Password untuk mengakses aplikasi. Hal ini akan memastikan bahwa perangkat yang tidak sah tidak terhubung untuk melakukan transaksi keuangan.
  • User ID / Password otentikasi pelanggan bank.
Enkripsi data sedang dikirim melalui udara. Enkripsi data yang akan disimpan dalam perangkat untuk analisis nanti / off-line oleh pelanggan. Password satu kali (OTPs) adalah alat terbaru yang digunakan oleh penyedia jasa keuangan dan perbankan dalam memerangi penipuan dunia maya . Daripada mengandalkan password hafal tradisional, OTPs diminta oleh konsumen setiap kali mereka ingin melakukan transaksi dengan menggunakan online atau mobile banking antarmuka. Ketika permintaan tersebut diterima password dikirimkan ke telepon konsumen melalui SMS. Sandi akan berakhir setelah telah digunakan atau sekali yang dijadwalkan siklus hidup telah berakhir. Karena kekhawatiran dibuat eksplisit di atas, adalah sangat penting bahwa SMS gateway penyedia dapat memberikan kualitas yang layak dari layanan untuk bank dan lembaga keuangan dalam hal SMS layanan. Oleh karena itu, penyediaan perjanjian tingkat layanan (SLA) merupakan persyaratan untuk industri ini, maka perlu untuk memberikan bank garansi pengiriman pelanggan dari semua pesan, serta pengukuran pada kecepatan pengiriman, throughput, dll SLA memberikan pelayanan parameter di mana suatu solusi messaging dijamin untuk melakukan.
  •  Skalabilitas dan keandalan
Tantangan lain bagi CIO dan CTO dari bank-bank adalah untuk skala-up infrastruktur mobile banking untuk menangani pertumbuhan eksponensial dari basis pelanggan. Dengan mobile banking, pelanggan dapat duduk di bagian manapun di dunia (benar kapan saja, dimana saja perbankan) dan karenanya bank perlu memastikan bahwa sistem dan berjalan dengan cara yang benar 24 x 7. Sebagai pelanggan akan menemukan mobile banking lebih dan lebih bermanfaat, harapan mereka dari solusi akan meningkat. Bank tidak dapat memenuhi ekspektasi kinerja dan kehandalan mungkin kehilangan kepercayaan pelanggan. Ada beberapa sistem seperti platform Transaksi Handphone yang memungkinkan pengaktifan ponsel cepat dan aman dari berbagai layanan perbankan. Baru di India telah terjadi pertumbuhan yang fenomenal dalam penggunaan aplikasi Mobile Banking, dengan bank terkemuka mengadopsi platform Transaksi Mobile dan Bank Sentral pedoman penerbitan untuk operasi mobile banking.
  • Distribusi Aplikasi
Karena sifat dari konektivitas antara bank dan nasabah, akan tidak praktis untuk mengharapkan pelanggan untuk secara teratur mengunjungi bank atau terhubung ke situs web untuk upgrade biasa dari aplikasi mobile banking mereka. Ini akan diharapkan bahwa aplikasi mobile itu sendiri memeriksa upgrade dan update dan download patch yang diperlukan (disebut "Over The Air" pembaruan). Namun, mungkin ada banyak masalah untuk menerapkan pendekatan ini seperti upgrade / sinkronisasi komponen terikat lainnya.

Internasional electronic fund transfer
Internasional elektronik transfer dana adalah salah satu cara tercepat untuk mengirim uang kepada seseorang saat Anda tidak ingin uang tunai atau bank cek untuk datang ke dalam gambar. Proses mentransfer uang internasional juga disebut wire transfer internasional. Mereka disebut wire transfer karena pada awal layanan ini, perusahaan transfer digunakan kawat dan layanan telegraf untuk memproses transaksi. Transfer-transfer ini dikenal sebagai Giro di Eropa.
Sampai sekarang, metode transfer uang paling aman internasional adalah bank untuk transfer bank kawat. Hal ini terutama karena semua uang yang akan ditransfer antar rekening yang berarti bahwa sistem konfirmasi identitas biasa datang ke dalam gambar. Hal ini juga memungkinkan untuk mengingat uang itu ditransfer. Sebagai perusahaan dan bank telah pindah ke Internet untuk wire transfer asing, informasi transaksi menggunakan enkripsi tugas berat untuk memindahkan uang sekitar.
Organisasi yang menangani sebagian besar transfer bank internasional SWIFT. SWIFT adalah sebuah organisasi koperasi. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1974. Pada awalnya memang hanya tujuh bank internasional utama sebagai anggotanya. Mereka membentuk jaringan global. Tugas dari jaringan ini adalah untuk mengelola transfer dana dan data transaksi lainnya. Kantor pusat saat ini SWIFT terletak di Brussels.
Untuk membuat SWIFT modus pilihan cara yang diterima secara internasional untuk mengirim uang ke luar negeri, ada banyak langkah. Hari ini SWIFT adalah sanksi oleh PBB. Untuk mentransfer dana melalui jasa SWIFT, organisasi perlu kode 9362 ISO. Ini adalah kode karakter delapan panjang. Kode ini umumnya berasal dari nama bank yang memberikan kontribusi pertama empat huruf, Huruf-huruf kelima dan keenam mengidentifikasi negara dan dua terakhir mengidentifikasi kota di mana bank didasarkan.
Organisasi lain yang telah memberikan layanan wire transfer internasional untuk orang dan organisasi bisnis adalah Western Union. Keuntungan utama dari layanan Western Union adalah bahwa tidak ada bank yang terlibat dalam skenario. Hal ini dimungkinkan untuk melakukan transaksi anonim seperti dalam kasus tertentu, Western Union tidak memerlukan semacam dokumen identifikasi atau bukti tersebut untuk memberikan uang kepada penerima.

Mengingat peningkatan kasus layanan kawat uang yang digunakan untuk tujuan jahat, peraturan diberlakukan untuk mengurus proses. Di Amerika Serikat, Kantor Pengawasan Aset Luar Negeri telah ditugaskan untuk memantau semua transaksi tersebut. Tugas utama organisasi ini adalah untuk mengawasi sehingga uang tidak bisa ditransfer ke organisasi teroris yang dikenal atau negara lain organisasi yang berada di bawah sanksi ekonomi. Wire transfer internasional dana telah membuatnya menjadi sangat mudah bagi orang dan organisasi untuk tetap.

Referensi:

Sistem Kliring dan Pemindahan Dana Elektronik Di Indonesia

Prinsip Kliring
Kliring (dari Bahasa Inggris “clearing”) sebagai suatu istilah dalam dunia perbankan dan keuangan menunjukkan suatu aktivitas yang berjalan sejak saat terjadinya kesepakatan untuk suatu transaksi hingga selesainya pelaksanaan kesepakatan tersebut. Kliring sangat dibutuhkan sebab kecepatan dalam dunia perdagangan jauh lebih cepat daripada waktu yang dibutuhkan guna melengkapi pelaksanaan asset transaksi. Klorong melibatkan manajemen dari paska perdagangan pra penyelesaian, ekposur kredit guan memastikan bahwa transaksi dagang terselesaikan sesuai dengan aturan pasar walaupun pembeli maupun penjual menjadi tidak mampu melaksanakan penyelesaian kesepakatannya. Proses kliring adalah termasuk pelaporan pemantauan marjin risiko netting transaksi dagang menjadi posisi tunggal, penanganan, perpajakan dan penanganan kegagalan. Di Amerika, kliring antar bank dilaksanakan melalui Automated Clearing House (ACH), dimana aturan dan regulasinya diatur oleh NACHA-The Electronic Payments Association,yang dahulu dikenal dengan nama National Automated Clearing House Association, serta Federal Reserve. Jaringan ACH ini akan bertindak selaku pusat fasilitas kliring untuk semua transaksi transfer dana secara elektronik. Kliring antar bank atas cek dilaksanakan oleh bank koresponden dan Federal Reserve.
Sistem kliring yang dilaksanakan BI saat ini sudah dapat berlangsung secara nasional melalui Sistem Kliring Nasional BI (SKNBI). Maksudnya, proses kliring baik kliring debet maupun kliring kredit yang penyelesaian akhirnya dilakukan secara nasional. Selain itu ada tiga sistem kliring lain yang lazim dikenal, yakni Sistem manual, Sistem Semi Otomasi, dan Sistem Otomasi. Kliring manual adalah penyelenggaraan kliring lokal yang dalam perhitungan, pembuatan bilyet saldo kliring serta pemilihan warkat dilakukan secara manual oleh setiap peserta kliring. Perhitungan kliring didasarkan pada warkat yang dikliringkan oleh peserta kliring.
Sedangkan sistem semi otomasi adalah kliring lokal yang perhitungan dan pembuatan bilyet saldo kliring dilakukan secara otomasi melalui alat bantu komputer. Namun pemilihan warkat tetap dilakukan secara manual oleh bank peserta kliring. Sementara sistem kliring lokal yang dalam perhitungan dan pembuatan bilyet saldo kliring dan pemilahan warkat dilakukan secara otomatis dengan bantuan komputer.

Mekanisme proses kliring elektronik
Mempersiapkan warkat dan dokumen kliring meliputi pemisahan warkat menurut jenis transaksinya (warkat debet atau warkat kredit), pembubuhan stempel kliring dan pencantuman informasi MICR code line baik pada warkat maupun pada dokumen kliring. Selanjutnya Bank pengirim merekam data warkat kliring ke dalam sistem TPK dengan menggunakan mesin reader encoder atau meng-input data warkat untuk menghasilkan DKE. Mengelompokkan warkat dalam batch kemudian menyusunnya dalam bundel warkat yang terdiri dari: BPWD/BPWK; Lembar Substitusi; Kartu Batch Warkat Debet/Kredit ; Warkat Debet/Kredit. Mengirimkan batch DKE secara elektronik melalui JKD ke SPKE di penyelenggara. Fisik warkat dari DKE selanjutnya dikirim ke penyelenggara untuk dipilah berdasarkan bank tertuju secara otomasi dengan menggunakan mesin baca pilah berteknologi image. Peserta dapat melihat status DKE di TPK masingmasing, apakah pengiriman tersebut sukses atau gagal. SPKE akan memproses DKE yang diterima secara otomatis setelah batas waktu transmit DKE berakhir. Selanjutnya SPKE akan mem-broadcast informasi hasil kliring kepada seluruh TPK sehingga peserta dapat secara on-line melihat posisi hasil kliring melalui TPK. Hasil perhitungan DKE tersebut (Bilyet Saldo Kliring) selanjutnya dibukukan ke rekening giro masing-masing bank di sistem Bank Indonesia.

Informasi Pada Cek dan Struktur Kode MIRC
Di dalam chek code ini terdapat berbagai informasi yyang berkaitan dengan transaksi nasabah. Mulai dari Paye, Draw e, Draw bank, Drawer Account, Chek number, Amoun, Currency , Payee Bank Number, Payee account, Dat, Autorized signature of makers.

Sistem kliring elektronik di Indonesia
Pengertian umum kliring adalah pertukaran warkat atau data keuangan elektronik antar bank baik atas nama Bank maupun nasabah yang hasil perhitungannya diselesaikan pada waktu tertentu.  Penyelenggaraan kliring di Jakarta pada awalnya dilaksanakan secara manual. Namun dalam perkembangannya, sejalan dengan meningkatnya transaksi perekonomian nasional khususnya di Jakarta dimana pada akhir tahun 1989 volume warkat telah mencapai 82.052 lembar warkat perhari dengan jumlah bank peserta mencapai 613 bank. Hal ini menyebabkan penyelenggaraan kliring secara manual dirasakan tidak efektif dan efisien lagi dan suasana pertemuan kliring yang hiruk pikuk sering kali diibaratkan dengan suasana “pasar burung”. Melihat kondisi tersebut, Direksi Bank Indonesia dengan SKBI No. 21/9/KEP/DIR tanggal 23 Mei 1988, kemudian menetapkan untuk mengubah sistem penyelenggaraan kliring lokal Jakarta dari sistem manual menjadi sistem otomasi kliring. Meskipun demikian baru pada tanggal 4 Juni 1990 sistem otomasi  dapat diimplementasikan untuk memproses kliring penyerahan. Sementara untuk proses kliring pengembalian tetap dilakukan secara manual, sampai kemudian pada tahun 1994 diganti dengan sistem semi otomasi yang kemudian dikenal dengan sebutan SOKL .
Pada tahun 1996 rata-rata volume warkat kliring Jakarta mencapai 216.911 lembar per hari, dengan pertumbuhahan rata-rata dalam tiga tahun sekitar 6%. Hal tersebut menyebabkan meningkatnya tekanan dalam kegiatan proses warkat kliring baik di bank peserta maupun di Bank Indonesia karena keterbatasan kemampuan sarana kliring yang ada dibandingkan dengan peningkatan jumlah warkat kliring. Pada gilirannya hambatan-hambatan tersebut menyebabkan terjadinya keterlambatan dalam settlement dan penyediaan informasi hasil kliring. Hal ini berpotensi mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap bank dan merugikan lembaga lain yang terkait serta menimbulkan efek negatif berantai (systemic risk)
Sehubungan dengan itu, sesuai acuan pokok pengembangan sistem pembayaran nasional (Blue Print Sistem Pembayaran Nasional Bank Indonesia;1995) yang antara lain memuat visi, kerangka kebijakan dan langkah-langkah yang perlu dikembangkan dalam menciptakan sistem pembayaran nasional yang lebih efektif, efisien, handal dan aman, maka pada tahun 1996 konsep penyelenggaraan kliring lokal secara elektronik dengan teknologi image mulai dikembangkan oleh Urusan Akunting dan Sistem Pembayaran Bank Indonesia. Pada tanggal 18 September 1998, Bank Indonesia mencatat sejarah baru dalam bidang sistem pembayaran dimana untuk pertama kalinya di Indonesia diresmikan penggunaan Sistem Kliring Elektronik (SKE) oleh Gubernur Bank Indonesia, DR. Syahril Sabirin. Penerapan SKE tersebut dilakukan pada Penyelenggaraan Klring Lokal Jakarta dimana pada awal implementasi, jumlah peserta yang ikut serta masih terbatas 7 bank peserta kliring (BRI, BDN, BII, BCA, Deutsche Bank, Standard Chartered, Citibank) dan 2 peserta intern dari Bank Indonesia (Bagian Akunting Thamrin dan Bagian Akunting Kota). Keikutsertaan kantor-kantor bank dalam Kliring Elektronik dilakukan secara bertahap sesuai dengan kesiapan teknis masing-masing peserta. Bagi kantorkantor bank yang belum menjadi anggota Kliring Elektronik, perhitungan kliring tetap menggunakan sistem kliring otomasi. Implementasi Kliring Elektronik secara menyeluruh kepada seluruh peserta kliring di Jakarta baru dilaksanakan pada tanggal 18 Juni 2001.
  • Warkat
Warkat merupakan alat pembayaran bukan tunai yang diperhitungkan melalui kliring. Jenis warkat yang dapat diperhitungkan dalam kliring adalah :
1.    Cek;
2.    Bilyet Giro;
3.    Wesel Bank Untuk Transfer;
4.    Surat Bukti Penerimaan Transfer;
5.    Nota Debet; dan
6.    Nota Kredit.
  • Dokumen Kliring
Dokumen kliring merupakan dokumen kontrol dan berfungsi sebagai alat bantu dalam proses perhitungan kliring yang terdiri dari :
1.      Bukti Penyerahan Warkat Debet – Kliring Penyerahan (BPWD).
2.      Bukti Penyerahan Warkat Kredit – Kliring Penyerahan (BPWK).
3.      Kartu Batch Warkat Debet.
4.      Kartu Batch warkat Kredit.
5.      Lembar Subsitusi.

Sistem Kliring Elektronik Indonesia
Setiap warkat dan dokumen kliring yang digunakan wajib memenuhi spesifikasi teknis yang ditetapkan Bank Indonesia antara lain meliputi kualitas kertas, ukuran, dan rancang bangun. Setiap pembuatan dan pencetakan warkat dan dokumen kliring untuk pertama kali dan atau perubahannya oleh peserta wajib memperoleh persetujuan secara tertulis dari Bank Indonesia Dalam Kliring Elektronik, agar data pada warkat dan dokumen kliring dapat dibaca oleh mesin baca pilah yang ada di Penyelenggara maka warkat dan dokumen kliring tersebut wajib dicantumkan Magnetic Ink Character Recognition (MICR) code line. MICR adalah tinta magnetic khusus yang dicantumkan pada clear band yang merupakan informasi dalam bentuk angka dan symbol.
  • Penyelenggara Kliring
§   Siklus Kliring Nominal Besar, terdiri dari :
1.      Kliring Penyerahan Nominal Besar.
2.      Kliring Pengembalian Nominal Besar Kedua kegiatan kliring tersebut dilakukan pada hari yang sama.
§   Siklus Kliring Ritel, terdiri dari :
1.      Kliring Penyerahan Ritel.
2.      Kliring Pengembalian Ritel Kedua kegiatan kliring tersebut dilakukan pada tanggal yang berbeda yaitu kegiatan kliring pada huruf b dilakukan pada hari kerja berikutnya setelah kegiatan kliring pada huruf a dilaksanakan.

Bank Indonesia Real Time Gross Sttlement (BI-RTGS)
Untuk mendukung efektifitas implementasi kebijakan moneter dan untuk mempercepat pemulihan industri perbankan, kebijakan system pembayaran akan diarahkan untuk mempercepat pengembangan dan implementasi suatu system pembayaran yang efisien, akurat, aman, dan konsisten melalui peningkatan kualitas layanan. Salah satu cara untuk mencapai hal tersebut adalah melalui implemnetasi Real Time Gross Settlement System (BI-RTGS) yang sudah dimulai sejak 17 November tahun 2000 di  Jakarta. Tujuan RTGS:
1. Memberikan pelayanan sistem transfer dana antar peserta, antar nasabah peserta dan pihak lainnya secara cepat, aman, dan efisien.
2. Memberikan kepastian pembayaran.
3. Memperlancar aliran pembayaran (payment flows).
4. Mengurangi resiko settlement baik bagi peserta maupun nasabah peserta (systemic risk).
5. Meningkatkan efektifitas pengelolaan dana (management fund) bagi peserta melalui sentralisasi rekening giro.
6. Memberikan informasi yang mendukung kebijakan moneter dan early warning system bagi pengawasan bank.
7. Meningkatkan efisiensi pasar uang.

Referensi:

Teknologi Sistem Informasi (TSI) Perbankan

Teknologi Sistem Informasi (TSI) Perbankan adalah suatu sistem pengolahan data keuangan dan pelayanan jasa perbankan secara elektronis dengan menggunakan sarana komputer, telekomunikasi, dan sarana elektronis lainnya. Mengapa Menggunakan Teknologi Sistem Informasi. Penggunaan TSI adalah untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam pelaksanaan tugas dan pelayanan kepada masyarakat.

Kapan Menggunakan Teknologi Sistem Informasi:
1. Penggunaan Teknologi Informasi Dalam Sistem Informasi Akuntansi
2. Penggunaan Sistem dan Teknologi Informasi Untuk Usaha Kecil
3. Teknologi Sistem Informasi (TSI) Perbankan

Siapa saja yang Berperan Menggunakan Teknologi Sistem Informasi:
1. Dalam Hal Penyelenggaraan TSI Dilakukan Oleh Bank Sendiri
- Menerapkan Pengendalian Manajemen TSI
- Melaksanakan fungsi AUDIT INTERN TSI
- Memiliki alat monitor
- Menerapkan prinsip 2 sistem pengawasan dan pengamanan
- Memiliki Disaster Recovery Plan (DRP)
 2. Dalam Hal Penyelenggaraan TSI Dilakukan Oleh Pihak Ketiga:
- Memastikan semua hal pada butir III.1 dipenuhi oleh pihak penyelenggara jasa TSI
- Melakukan evaluasi secara berkala atas kehandalan penyelenggara jasa TSI
- Membuat perjanjian tertulis
- Menyampaikan laporan kepada BI

Perkembangan Teknologi Komputer Di Perbankan
Semakin majunya teknologi di dunia transaksi perbankanpun mulai mengunakan teknologi berbasis komputer untuk mempermudah transaksi dengan nasabah. yang tadinya melayani nasabah dengan harus bertemu / nasabah datang ke cabang-cabang bank yang disediakan oleh bank yang dia gunakan untuk menabung/infertasi menjadi lebih mudah karena bank mulai mengunakan teknoligi berbasis komputer dan sekarang sudah bisa mengakses lewat internet bahkan dengan mobile “HP” dengan SMS sudah banyak diterapkan bank. Dalam dunia perbankan, perkembangan teknologi informasi membuat para perusahaan mengubah strategi bisnis dengan menempatkan teknologi sebagai unsur utama dalam proses inovasi produk dan jasa seperti :
- Adanya transaksi berupa Transfer uang via mobile maupun via teller.
- Adanya ATM ( Auto Teller Machine ) pengambilan uang secara cash secara 24 jam.
- Penggunaan Database di bank – bank.
- Sinkronisasi data – data pada Kantor Cabang dengan Kantor Pusat Bank.

Dengan adanya jaringan komputer hubungan atau komunikasi kita dengan klien jadi lebih hemat, efisien dan cepat. Contohnya : email, teleconference. Sedangkan di rumah dapat berkomunikasi dengan pengguna lain untuk menjalin silaturahmi (chatting), dan sebagai hiburan dapat digunakan untuk bermain game online, sharing file. Apabila kita mempunyai lebih dari satu komputer, kita bisa terhubung dengan internet melalui satu jaringan. Contohnya seperti di warnet atau rumah yang memiliki banyak kamar dan terdapat setiap komputer di dalamnya. Pada dunia perbankan, perkembangan teknologi informasi membuat para perusahaan mengubah strategi bisnis dengan menempatkan teknologi sebagai unsur utama dalam proses inovasi produk dan jasa. Seperti halnya pelayanan electronic transaction (e-banking) melalui ATM, phone banking dan Internet Banking misalnya, merupakan bentuk-bentuk baru dari pelayanan bank yang mengubah pelayanan transaksi manual menjadi pelayanan transaksi yang berdasarkan teknologi.

Kriteria pemilihan teknologi perangkat lunak perbankan
Kriteria pemilihan software computer perbankan yang baik sesuai dengan kebutuhan bank secara umum berdasarkan pertimbangan-pertimbangan berikut:
- Kemampuan dokumentasi atau Penyimpanan Data Jenis dan klasifikasi data bank yang relative banyak harus bisa ditampung oleh software yang akan digunakan, termasuk pertimbangan segi keamanan datanya. Jumlah nasabah serta frekuensi dan jumlah transaksi harian yang besar memerlukan memory computer yang besar, selain memerlukan kecepatan prosesor yang tinggi juga. Sebagai contoh BPR kurang efisien jika menggunakan mesin besar, misalnya AS/400 dalm operasionalnya karena kapasitas dan cakupan geografis BPR biasanya
- Sistem Keamanan Sebagai lembaga kepercayaan masyarakat (agent of trusth), bank memerlukan system keamanan yang handal untuk menjaga kerahasiaan data atau keuangan nasabah; serta mencegah penyalahgunaan data atau keuangan oleh pihak lain yang tidak bertanggung jawab. Software computer perbankan yang baik harus menyediakan fasilitas pengendalian dan pengamanan tersebut.
- Sistem Pelaporan (Reporting system) Data atau informasi yang dibutuhkan harus bisa disajikan dalam bentuk yang jelas dan mudah dimengerti. Bank memerlukan laporan-laporan yang lengkap dan jelas tersebut terutama dalam proses pemeriksaan (audit) atau penyajian laporan yang bisa dimengerti oleh pihak-pihak yang berkempentingan dengan harapan keuangan setiap bank menjadi lebih transparan dan bisa dipertanggungjawabkan.
- Aspek Pemeliharaan Kinerja software perbankan diharapkan relative stabil selama bank beroperasi. Kondisi ini memerlukan aspek pemeliharaaan yang baik, dalam arti secara teknis tidak sulit dilakukan dan tidak membutuhkan biaya yang relative mahal. Pemeliharaan ini juga menyangkut pergantian atau perbaikan teknis peralatan dan modifikasi atau pengembangan software.
- Source Code Software perbankan biasanya merupakan program paket yang sudah di-compile sehingga menjadi excecutable file. File program tersebut relative tidak bisa dirubah atau dimodifikasi seandainya bank menginginkan perubahan atau fasilitas tambahan dari software tersebut. Kondisi ini bisa diatasi jika pihak bank mempunyai dan memahami software tersevut dalam bentuk bahasa pemrograman aslinya atau source code.

Struktur Informasi Dan Hubungan Antar Sub Sistem Aplikasi Bank
Konsep front office yang lebih mendekati sisi nasabah dan konsep back office yang lebih mendekati sisi bank sebagai lembaga keungan yang harus mencatat, mendokumentasikan, dan atau mempublikasikan informasi keuangan, menyebabkan system aplikasi perbankan terdiri dari sub-sub system yang saling berkaitan sesuai dengan tahap-tahap pemrosesan dan jenis-jenis data keuangan.

Referensi: