ARTI PENGEMBANGAN
ORGANISASI
Lebih dikenal dengan organization development (OD) .Pengertian
pokok OD adalah perubahan yang terencana (planned change).Perubahan , dalam
bentuk pembaruan organisasi dan modernisasi, terus menerus terjadi dan mempunya
pengaruh yang sangat dominan dalam masyarakat kini. Organisasi beserta warganya,
yang membentuk masyakat modern , mau tidak mau harus beradaptasi terhadap arus
perubahan ini. Perubahan perubahan yang terjadi pada dasarnya dapat
dikelompokkan dalam empat katagori , yaitu perkembangan teknologi, perkembangan
produk, ledakan ilmu pengetahuan dan jasa yang mengakibatkan makin singkatnya
daur hidup produk,serta perubahan sosial yang mempengaruhi perilaku, gaya
hidup, nila nila dan harapan tiap orang.
Untuk dapat bertahan , organisasi harus mampu mengarahkan
warganya agar dapat beradaptasi dengan baik dan bahkan agar mampu memanfaatkan
dampak positif dari berbagai pembaruan tersebut dengan pengembangan diri dan
pengembangan organisasi. Proses mengarahkan warga organisasi dalam
mengembangkan diri menghadapi perubahan inilah yang dikenal luas sebagai proses
organization development (OD).
A.
SEJARAH PERKEMBANGAN ORGANISASI
Sejarah Pengembangan Organisasi sangat erat hubungannya dengan
teori organisasi. Teori Organisasi meliputi teori organisasi klasik, teori
organisasi neoklasik, dan teori organisasi modern.
1. Teori Organisasi Klasik
Teori klasik (classical theory) kadang-kadang disebut juga
teori tradisional yang berisi konsep-konsep tentang organisasi mulai tahun
1800( abad 18).
Dalam teori ini, organisasi secar umum digambarkan oleh para
teoritisi klasik sebagai organisasi yang sangat tersentralisasi dan
tugas-tugasnya terspesialisasi, serta memberikan petunjuk mekanistik structural
yang kaku dan tidak mengandung kreatifitas. Dalam teori ini organisasi
didefinisikan sebagai struktur hubungan, kekuasaan-kekuasaan, tujuan-tujuan,
peranan-peranan, kegiatan-kegiatan, komunikasi dan faktor-faktor lain bila
orang-orang bekerja sama.
Teori Klasik berkembang dalam
3 aliran yaitu: teori birokrasi, teori administrasi, dan manajemen ilmiah.
A. Teori Birokrasi
Teori ini dikemukakan oleh Max Weber dalam bukunya “The
Protestant Ethic dan Spirit of Capitalism”.
Karakteristik-karakteristik birokrasi menurut Max Weber:
1. Pembagian Kerja yang jelas.
2. Hirarki wewenang yang dirumuskan secara baik
3. Program rasional dalam mencapai tujuan organisasi
4. Sistem prosedur bagi penanganan situasi kerja
5. Sistem aturan yang mencakup Hak dan Kewajiban posisi para
pemegang jabatan
6. Hubungan antar pribadi yang bersifat impersonal.
B. Teori Administrasi
Teori ini sebagian besar dikembangkan atas dasar sumbangan
Henri Fayol dan Lyndall Urwick dari Eropa serta Mooney dan Reiley dari Amerika.
Henri Fayol mengemukakan dan mambahas 14 kaidah manajemen yang
menjadi dasar perkembangan teori ini yaitu:
- Pembagian Kerja / Division of Work
- Wewenang dan Tanggung jawab
- Disiplin
- Kesatuan perintah
- Kesatuan pengarahan
- Mendahulukan kepentingan umum dari pada pribadi
- Balas jasa
- Sentralisasi
- Rantai scalar
- Aturan
- Keadilan
- Kelanggengan personalia
- Inisiatif
- Semangat korps
C. Manajemen Ilmiah
Manajemen Ilmiah dikembangkan oleh Frederick Winslow Taylor
tahun 1900. Ada beberapa pendapat tentang manajemen ilmiah, salah satunya
adalah mengatakan manajemen ilmiah merupakan penerapan metode ilmiah pada
studi, analisa, dan pemecahan masalah-masalah organisasi.
Taylor mengemukakan empat
kaidah dasar manajemen yang harus dilaksanakan dalam organisasi perusahaan,
yaitu:
o Menggantikan metoda-metoda kerja dalam praktek dengan
berbagai metoda yang dikembangkan atas dasar ilmu pengetahuan tentang kerja
yang ilmiah dan benar.
o Mengadakan seleksi, latihan-latihan dan pengembangan para
karyawan secara ilmiah.
o Pengembangan ilmu kerja serta seleksi, latihan dan
pengembangan secara ilmiah harus diintegrasikan.
o Untuk mecapai manfaat manajemen ilmiah, perlu dikembangkan
semangat dan mental para karyawan.
Teori organisasi klasik
sepenuhnya hanya menguraikan anatomi organisasi formal. Dalam organisasi formal
ada empat unsure pokok yang selalu muncul, yaitu:
System Kegiatan yang
terkoordinasi
Kelompok orang
Kerjasama
Kekuasaan dan
kepemimpinan
Menurut para pengikut aliran
teori klasik, adanya suatu organisasi formal sangat tergantung pada empat
kondisi pokok, yaitu:
Kekuasaan
Saling melayani
Doktrin
Disiplin
2. Teori Organisasi Neoklasik
Teori Neoklasik secara sederhana dikenal sebagai aliran
hubungan manusiawi(The Human Relation Movement). Teori neoklasik dikembangkan
atas dasar teori klasik. Dasar teori ini adalah menekankan pentingnya aspek
psikologis dan social karyawan sebagai individu maupun sebagai bagian kelompok
kerjanya. Perkembangan teori neoklasik dimulai dengan inspirasi
percobaan-percobaan yang dilakukan di Howthorne dan dari tulisan Huga
Munsterberg.
Percobaan-percobaan ini dilakukan dari tahun 1924 sampai 1932
yang menandai permulaan perkembangan teori hubungan manusia
B.
KARAKTERISTIK PENGEMBANGAN ORGANISASI
Karakteristik organisasi adalah perilaku dan tingkah laku
suatu badan/institusi terhadap kondisi yang ada diluar institusi itu maupun
didalam institusi itu sendiri, artinya dalam dunia bisnisnya selalu fokus
kepada pelanggannya yang bukan hanya dari luar perusahaan itu tapi juga
orang-orang di dalam perusahaan yang merupakan aset perusahaan itu sendiri.
(Maksudnya Masih jarang sebuah institusi itu menganggap karyawannya berpotensi
untuk jadi aset dan akhirnya kurang mendapat perhatian dari perusahan itu
sendiri), jadi semua mengarah kepada mutu yg ditentukan oleh 2 hal seperti yg
tertulis sebelumnya.
Karakteristik Organisasi yang efektif adalah :
- Concern terhadap SDM dan memperlakukan SDM sebagai Aset yang
berharga
- Program Training dan Pengembangan terbuka seluas-luasnya
- Program kompensasi terlaksana dengan baik
- Tingkat perputaran SDM rendah
- Top manajemen mempunyai komitmen dan mendukung terhadap
perkembangan SDM
- Semua Team turut berpartisipasi dalam membuat kebijakan
organisasi
Secara umum karakteristik pengembangan organisasi :
1) Keputusan yang penuh pertimbangan maksudnya adalah suatu
hasil yang diperoleh berdasarkan strategi yang telah direncanakan dalam rangka
mewujudkan perubahan organisasional yang memiliki sasaran jelas berdasarkan
diagnosa yang tepat tentang permasalahan yang dihadapi oleh organisasi.
2) Diterapkan pada semua sub-sistem manusia baik individu,
kelompok, dan organisasi maksudnya adalah menerapkan cara-cara baru yang
diperlukan untuk meningkatkan kinerja seluruh organisasi dan semua satuan kerja
dalam organisasi.
3) Menerima intervensi baik dari luar maupun dalam organisasi
yang mempunyai kedudukan di luar mekanisme organisasi maksudnya adalah menerima
segala bentuk campur tangan misalnya dalam bentuk pendapat, baik dari anggota
yang termasuk dalam sebuah organisasi atau berbagai pihak dari luar organisasi.
4) Kolaborasi maksudnya adalah kerjasama antara berbagai pihak
yang akan terkena dampak perubahan yang akan terjadi.
5) Teori sebagai alat analisis maksudnya adalah menggunakan
pengertian yang disebutkan secara tertulis lalu diterapkan sebagai alat
analisis untuk mendapatkan suatu hasil yang memuaskan dari suatu pengembangan
organisasi.
6) Mengutamakan potensi manusia maksudnya adalah mengandung
nilai humanistik dimana pengembangan potensi manusia menjadi bagian terpenting.
7) Interaksi dan Interpendensi maksudnya adalah menggunakan
pendekatan komitmen sehingga selalu memperhitungkan pentingnya interaksi,
interaksi dan interdependensi antara berbagai satuan kerja sebagai bagian
integral di suasana yang utuh.
8) Pendekatan Ilmiah maksudnya adalah menggunakan pendekatan
ilmiah dalam upaya meningkatkan efektivitas organisasi.
C.
ORGANISASI MASA DEPAN
Sebuah organisasi pada hakekatnya dibangun oleh sekumpulan
orang-orang dengan tujuan bersama, bukan tujuan yang sama. Organisasi, seperti
dikatakan Mintzberg merupakan sekumpulan otoritas dan fungsi-fungsi. Disebut
juga dengan changes of commands.Diilustrasikan dengan perumpamaan organisasi
adalah sebuah kano atau perahu yang sedang dilombakan. Sebuah kano dan
orang-orang di dalamnya adalah tak lain diibaratkan organisasi. Dengan tujuan
bersama; menang perlombaan. Koordinasi antara tangan kiri-kanan pada
orang-orang di dalam kano atau atlet, adalah sesuatu yang krusial. Diperlukan
harmonisasi untuk mencapai kemenangan. Dan harmonisasi itu dicapai melalui
suara genderang. Suara genderang merupakan sebuah komando bersama. Dengan suara
genderang pula tercipta distribution of power dan balancing of power. Begitu pula
dengan jenis perahu yang lebih besar. Misalnya kapal Titanic yang tenggelam dan
ditengarai bahwa itu merupakan hasil keteledoran sedetik oleh seorang awak
kapal yang bertugas mengamati adanya gunung es. Kapal Titanic sudah tidak
dikomandani oleh penabuh genderang, karena begitu besarnya kapal dan banyaknya
orang. Sudah ada kapten kapal dan segala piranti teknologi canggih sebagai
garis komando kapal. Sehingga jika terjadi suatu tanda kerusakan alat, maka
garis komando akan berjalan sebagaimana mestinya. Seorang awak kapal yang
mengetahui hal tersebut akan menyampaikannya kepada pimpinannya, dan seterusnya
hingga sampai ke telinga Kapten kapal. Ada informasi yang memang harus cepat
disampaikan, tetapi ada pula informasi yang juga tidak perlu diketahu sampai
Kapten kapal karena bisa diselesaikan sendiri. Begitulah pengibaratan sebuah
organisasi. Diisi dengan berbagai macam orang dengan kondisi yang
bermacam-macam, dan rantai komando yang beragam pula. Katakanlah di sebuah
perusahaan manufaktur, maka yang menjadi koordinasi atau penabuh genderang
adalah schedulling atau penjadwalan. Semua lini harus mematuhi jadwal yang
telah dibuat.
PENGERTIAN KEPEMIMPINAN
Kepemimpinan atau leadership merupakan ilmu terapan dari ilmu-ilmu
social, sebab prinsip-prinsip dan rumusannya diharapkan dapat mendatangkan
manfaat bagi kesejahteraan manusia (Moejiono, 2002). Ada banyak pengertian yang
dikemukakan oleh para pakar menurut sudut pandang masing-masing,
definisi-definisi tersebut menunjukkan adanya beberapa kesamaan.
·
Menurut
Tead; Terry; Hoyt (dalam Kartono, 2003) Pengertian Kepemimpinan yaitu kegiatan
atau seni mempengaruhi orang lain agar mau bekerjasama yang didasarkan pada
kemampuan orang tersebut untuk membimbing orang lain dalam mencapai
tujuan-tujuan yang diinginkan kelompok.
·
Menurut
Young (dalam Kartono, 2003) Pengertian Kepemimpinan yaitu bentuk dominasi yang
didasari atas kemampuan pribadi yang sanggup mendorong atau mengajak orang lain
untuk berbuat sesuatu yang berdasarkan penerimaan oleh kelompoknya, dan
memiliki keahlian khusus yang tepat bagi situasi yang khusus.
·
Moejiono
(2002) memandang bahwa leadership tersebut sebenarnya sebagai akibat pengaruh
satu arah, karena pemimpin mungkin memiliki kualitas-kualitas tertentu yang
membedakan dirinya dengan pengikutnya. Para ahli teori sukarela (compliance
induction theorist) cenderung memandang leadership sebagai pemaksaan atau
pendesakan pengaruh secara tidak langsung dan sebagai sarana untuk membentuk
kelompok sesuai dengan keinginan pemimpin (Moejiono, 2002).
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa
kepemimpnan merupakan kemampuan mempengaruhi orang lain, bawahan atau kelompok,
kemampuan mengarahkan tingkah laku bawahan atau kelompok, memiliki kemampuan
atau keahlian khusus dalam bidang yang diinginkan oleh kelompoknya, untuk
mencapai tujuan organisasi atau kelompok.
A. TIPE-TIPE KEPEMIMPINAN
Situasi lingkungan bisnis yang secara dinamis terus berubah
menuntut perusahaan untuk dapat beradaptasi dengan lingkungannya. Kegagalan
dalam mengenal perubahan dan kecepatan beradaptasi dapat menyebabkan perusahaan
tidak memiliki daya saing yang baik.
Ada empat tipe kepemimpinan yang dapat digunakan untuk
berbagai organisasi:
Directive
Adalah salah satu tipe kepemimpinan tertua dan seringkali
disebut juga dengan pendekatan otoriter. Dalam tipe ini, pemimpin akan menyuruh
seseorang untuk melakukan sesuatu dan mengharapkan mereka untuk segera
melakukannya.
Participative
Dalam tipe ini, pemimpin mencari input dari pihak lain dan
mengajak orang-orang yang relevan dengan pembahasan untuk pengambilan keputusan
Laissez-faire
Mendorong inisiatif dari banyak pihak agar bersama-sama
memikirkan bagaimana proses pengerjaan sampai menghasilkan outcome.
Adaptive
Gaya kepemimpinan yang mengalir dan menyesuaikan gaya sesuai
dengan keadaan lingkungan dan individu yang berpartisipasi.
B. TEORI-TEORI KEPEMPIMPINAN
Kegiatan manusia secara bersama-sama selalu membutuhkan
kepemimpinan. Untuk berbagai usaha dan kegiatannya diperlukan upaya yang
terencana dan sistematis dalam melatih dan mempersiapkan pemimpin baru. Oleh
karena itu, banyak studi dan penelitian dilakukan orang untuk mempelajari
masalah pemimpin dan kepemimpinan yang menghasilkan berbagai teori tentang
kepemimpinan. Teori kepemimpinan merupakan penggeneralisasian suatu seri
perilaku pemimpin dan konsep-konsep kepemimpinannya, dengan menonjolkan latar
belakang historis, sebab-sebab timbulnya kepemimpinan, persyaratan pemimpin,
sifat utama pemimpin, tugas pokok dan fungsinya serta etika profesi kepemimpinan
(Kartini Kartono, 1994: 27).
Teori kepemimpinan pada umumnya berusaha untuk memberikan
penjelasan dan interpretasi mengenai pemimpin dan kepemimpinan dengan
mengemukakan beberapa segi antara lain : Latar belakang sejarah pemimpin dan
kepemimpinan Kepemimpinan muncul sejalan dengan peradaban manusia. Pemimpin dan
kepemimpinan selalu diperlukan dalam setiap masa. Sebab-sebab munculnya
pemimpin Ada beberapa sebab seseorang menjadi pemimpin, antara lain:
a. Seseorang ditakdirkan lahir untuk menjadi pemimpin.
Seseorang menjadi pemimpin melalui usaha penyiapan dan pendidikan serta
didorong oleh kemauan sendiri.
b. Seseorang menjadi pemimpin bila sejak lahir ia memiliki
bakat kepemimpinan kemudian dikembangkan melalui pendidikan dan pengalaman
serta sesuai dengan tuntutan lingkungan.
Untuk mengenai persyaratan kepemimpinan selalu dikaitkan
dengan kekuasaan, kewibawaan, dan kemampuan.
Teori-Teori dalam
Kepemimpinan
a) Teori Sifat
Teori ini bertolak dari dasar pemikiran bahwa keberhasilan
seorang pemimpin ditentukan oleh sifat-sifat, perangai atau ciri-ciri yang
dimiliki pemimpin itu. Atas dasar pemikiran tersebut timbul anggapan bahwa
untuk menjadi seorang pemimpin yang berhasil, sangat ditentukan oleh kemampuan
pribadi pemimpin. Dan kemampuan pribadi yang dimaksud adalah kualitas seseorang
dengan berbagai sifat, perangai atau ciri-ciri di dalamnya.
Ciri-ciri ideal yang perlu dimiliki pemimpin menurut Sondang P
Siagian (1994:75-76) adalah: – pengetahuan umum yang luas, daya ingat yang
kuat, rasionalitas, obyektivitas, pragmatisme, fleksibilitas, adaptabilitas,
orientasi masa depan; – sifat inkuisitif, rasa tepat waktu, rasa kohesi yang
tinggi, naluri relevansi, keteladanan, ketegasan, keberanian, sikap yang
antisipatif, kesediaan menjadi pendengar yang baik, kapasitas integratif; –
kemampuan untuk bertumbuh dan berkembang, analitik, menentukan skala prioritas,
membedakan yang urgen dan yang penting, keterampilan mendidik, dan
berkomunikasi secara efektif.
Walaupun teori sifat memiliki berbagai kelemahan (antara lain
: terlalu bersifat deskriptif, tidak selalu ada relevansi antara sifat yang
dianggap unggul dengan efektivitas kepemimpinan) dan dianggap sebagai teori
yang sudah kuno, namun apabila kita renungkan nilai-nilai moral dan akhlak yang
terkandung didalamnya mengenai berbagai rumusan sifat, ciri atau perangai
pemimpin; justru sangat diperlukan oleh kepemimpinan yang menerapkan prinsip
keteladanan.
b) Teori Perilaku
Dasar pemikiran teori ini adalah kepemimpinan merupakan
perilaku seorang individu ketika melakukan kegiatan pengarahan suatu kelompok
ke arah pencapaian tujuan. Dalam hal ini, pemimpin mempunyai deskripsi
perilaku:
Ø Perilaku seorang pemimpin yang cenderung mementingkan
bawahan memiliki ciri ramah tamah,mau berkonsultasi, mendukung, membela,
mendengarkan, menerima usul dan memikirkan kesejahteraan bawahan serta
memperlakukannya setingkat dirinya. Di samping itu terdapat pula kecenderungan
perilaku pemimpin yang lebih mementingkan tugas organisasi.
Ø Berorientasi kepada bawahan dan produksi perilaku pemimpin
yang berorientasi kepada bawahan ditandai oleh penekanan pada hubungan
atasan-bawahan, perhatian pribadi pemimpin pada pemuasan kebutuhan bawahan
serta menerima perbedaan kepribadian, kemampuan dan perilaku bawahan. Sedangkan
perilaku pemimpin yang berorientasi pada produksi memiliki kecenderungan
penekanan pada segi teknis pekerjaan, pengutamaan penyelenggaraan dan
penyelesaian tugas serta pencapaian tujuan. Pada sisi lain, perilaku pemimpin
menurut model leadership continuum pada dasarnya ada dua yaitu berorientasi
kepada pemimpin dan bawahan. Sedangkan berdasarkan model grafik kepemimpinan,
perilaku setiap pemimpin dapat diukur melalui dua dimensi yaitu perhatiannya
terhadap hasil/tugas dan terhadap bawahan/hubungan kerja. Kecenderungan perilaku
pemimpin pada hakikatnya tidak dapat dilepaskan dari masalah fungsi dan gaya
kepemimpinan (JAF.Stoner, 1978:442-443)
c) Teori Situasional
Keberhasilan seorang pemimpin menurut teori situasional
ditentukan oleh ciri kepemimpinan dengan perilaku tertentu yang disesuaikan
dengan tuntutan situasi kepemimpinan dan situasi organisasional yang dihadapi
dengan memperhitungkan faktor waktu dan ruang. Faktor situasional yang
berpengaruh terhadap gaya kepemimpinan tertentu menurut Sondang P. Siagian
(1994:129) adalah
* Jenis pekerjaan dan kompleksitas tugas;
* Bentuk dan sifat teknologi yang digunakan;
* Persepsi, sikap dan gaya kepemimpinan;
* Norma yang dianut kelompok;
* Rentang kendali;
* Ancaman dari luar organisasi;
* Tingkat stress;
* Iklim yang terdapat dalam organisasi.
Efektivitas kepemimpinan seseorang ditentukan oleh kemampuan
“membaca” situasi yang dihadapi dan menyesuaikan gaya kepemimpinannya agar
cocok dengan dan mampu memenuhi tuntutan situasi tersebut. Penyesuaian gaya kepemimpinan
dimaksud adalah kemampuan menentukan ciri kepemimpinan dan perilaku tertentu
karena tuntutan situasi tertentu. Sehubungan dengan hal tersebut berkembanglah
model-model kepemimpinan berikut:
a. Model kontinum Otokratik-Demokratik
Gaya dan perilaku kepemimpinan tertentu selain berhubungan
dengan situasi dan kondisi yang dihadapi, juga berkaitan dengan fungsi
kepemimpinan tertentu yang harus diselenggarakan. Contoh: dalam hal pengambilan
keputusan, pemimpin bergaya otokratik akan mengambil keputusan sendiri, ciri
kepemimpinan yang menonjol ketegasan disertai perilaku yang berorientasi pada
penyelesaian tugas.Sedangkan pemimpin bergaya demokratik akan mengajak
bawahannya untuk berpartisipasi. Ciri kepemimpinan yang menonjol di sini adalah
menjadi pendengar yang baik disertai perilaku memberikan perhatian pada
kepentingan dan kebutuhan bawahan.
b. Model ” Interaksi Atasan-Bawahan”
Menurut model ini, efektivitas kepemimpinan seseorang
tergantung pada interaksi yang terjadi antara pemimpin dan bawahannya dan
sejauhmana interaksi tersebut mempengaruhi perilaku pemimpin yang bersangkutan.
Seorang akan menjadi pemimpin yang efektif, apabila: * Hubungan atasan dan
bawahan dikategorikan baik; * Tugas yang harus dikerjakan bawahan disusun pada
tingkat struktur yang tinggi; * Posisi kewenangan pemimpin tergolong kuat.
c. Model Situasional
Model ini menekankan bahwa efektivitas kepemimpinan seseorang
tergantung pada pemilihan gaya kepemimpinan yang tepat untuk menghadapi situasi
tertentu dan tingkat kematangan jiwa bawahan. Dimensi kepemimpinan yang
digunakan dalam model ini adalah perilaku pemimpin yang berkaitan dengan tugas
kepemimpinannya dan hubungan atasan-bawahan. Berdasarkan dimensi tersebut, gaya
kepemimpinan yang dapat digunakan adalah * Memberitahukan;
* Menjual;
* Mengajak bawahan berperan serta;
* Melakukan pendelegasian.
d. Model ” Jalan- Tujuan ”
Seorang pemimpin yang efektif menurut model ini adalah
pemimpin yang mampu menunjukkan jalan yang dapat ditempuh bawahan. Salah satu
mekanisme untuk mewujudkan hal tersebut yaitu kejelasan tugas yang harus
dilakukan bawahan dan perhatian pemimpin kepada kepentingan dan kebutuhan
bawahannya. Perilaku pemimpin berkaitan dengan hal tersebut harus merupakan
faktor motivasional bagi bawahannya.
e. Model “Pimpinan-Peran serta Bawahan” :
Perhatian utama model ini adalah perilaku pemimpin dikaitkan
dengan proses pengambilan keputusan. Perilaku pemimpin perlu disesuaikan dengan
struktur tugas yang harus diselesaikan oleh bawahannya. Salah satu syarat
penting untuk paradigma tersebut adalah adanya serangkaian ketentuan yang harus
ditaati oleh bawahan dalam menentukan bentuk dan tingkat peran serta bawahan
dalam pengambilan keputusan. Bentuk dan tingkat peran serta bawahan tersebut
“didiktekan” oleh situasi yang dihadapi dan masalah yang ingin dipecahkan
melalui proses pengambilan keputusan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar